Opini

Jumat, 12 Agustus 2011

Jangan Ulangi Kesalahan Masa Lalu

0 komentar
 
Oleh: Menlu Inggris William Hague dan Menlu Jerman Guido Westerwelle*


Tahun 2011 telah terbukti sebagai tahun yang luar biasa dalam hubungan internasional. Pemerintah di seluruh dunia perlu segera mengambil tindakan dan bertanggung jawab untuk mendorong perubahan positif serta membantu perkembangan stabilitas dalam menghadapi tantangan-tantangan keamanan global. Mereka harus bekerja lebih keras lagi untuk menjaga pemulihan ekonomi yang berkelanjutan dari krisis keuangan terparah dalam satu generasi. 

Pergolakan di Arab telah menarik perhatian dunia. Kami menyambut baik reformasi di Tunisia, Mesir, dan Maroko, yang tentunya memotivasi kita semua. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk mendukung perjuangan menuju masyarakat yang lebih bebas demi memenuhi aspirasi rakyat. Namun ,perubahan-perubahan ini bersifat rapuh: Inggris dan Jerman bertekad bahwa Uni Eropa dapat dan harus membuat kontribusi penting dengan membuka pasar semakin luas untuk menambah dinamisme ekonomi dan pertumbuhan reformasi politik.

Rezim represif dan otoriter yang menentang arus perubahan dan berusaha menghindari kebebasan dengan metode yang brutal merupakan kesalahan dalam sejarah. Tindakan kekerasan Presiden Assad terhadap rakyatnya sendiri telah mencemari reputasi dirinya sendiri dan mengakibatkan jatuhnya sanksi baru dari Uni Eropa serta memperlambat investigasi Dewan Keamanan PBB. Ia harus melakukan reformasi atau mundur.

Kekerasan yang dilakukan oleh Kolonel Qadafi melawan rakyatnya sendiri juga telah mengejutkan dunia. Ia harus segera menyerahkan kekuasaan. Sebagai anggota Contact Group, Inggris dan Jerman berhubungan dengan Dewan Transisi Nasional sebagai pemerintah berwenang resmi. Kami berkomitmen untuk melihat masa depan yang lebih baik bagi semua rakyat Libya.

Dengan segala perubahan yang telah terjadi, satu isu penting yang justru tidak mengalami perkembangan positif: jalan buntu bagi Proses Perdamaian Timur Tengah. Hanya dengan proses negosiasi tulus dan kesepakatan menyeluruh yang dapat menyelesaikan ini semua. Inggris dan Jerman tengah mendesak kedua belah pihak untuk merundingkan kembali dasar dari parameter yang ada. Tujuannya jelas: solusi dua negara, dengan Negara Israel dan Palestina yang merdeka, demokratis, dan berdampingan dalam perdamaian dan keamanan. Arab Spring harusnya membuat Israel dan Palestina melipatgandakan usaha mereka untuk perdamaian, bukan menghalangi mereka.

Di area lain, kita melihat kemajuan yang mantap di Afghanistan. Pada tanggal 5 Desember, pemerintah Afghan dan komunitas internasional akan kembali bertemu di Bonn untuk merayakan perayaan ke-10 konferensi 2001. Konferensi Bonn menegaskan posisi dalam sepuluh tahun berikutnya.

Sejak pemerintah Afghanistan mulai mengemban tanggung jawab untuk keamanan mereka sendiri, Konferensi Bonn 2011 akan melampaui proses transisi dan membicarakan langkah-langkah ke depan di dua area: komitmen jangka panjang komunitas internasional di Afghanistan dan proses menuju penyelesaian politik yang menyeluruh dan berkelanjutan. Kami tidak akan mengulangi kesalahan yang sama di masa lalu dan meninggalkan Afghanistan dengan perlengkapannya sendiri.

Konferensi Bonn akan menyuarakan komitmen kuat komunitas internasional di Afghanistan meskipun setelah pasukan militer ditarik. Sebagai bagian dari hal ini, Uni Eropa akan mengembangkan sebuah kesepakatan kemitraan formal dan berjangka panjang dengan Afghanistan, mempertegas komitmen Uni Eropa kepada pembangunan Afghanistan setelah 2014. Dalam hal proses politik, Konferensi Bonn akan menjadi kesempatan bagi Pemerintah Afghanistan dan mitra internasional untuk menetapkan visi yang jelas akan proses politik menyeluruh.

Seringkali kita terlambat bereaksi saat krisis terjadi. Kita perlu melakukan lebih banyak lagi, secara konsisten, untuk mengatasi penyebab ketidakstabilan dan mencegahnya. Baik Inggris dan Jerman berinvestasi lebih untuk pencegahan konflik: mengatasi potensi ancaman bagi keamanan kami sebelum menjadi kenyataan di mana sepuluh kali lebih sulit untuk diatasi. Salah satu cara yang bisa kami lakukan adalah dengan mengambil tindakan tegas dalam menanggulangi perubahan iklim.

Perubahan iklim adalah salah satu masalah keamanan serius di era sekarang. Tahun lalu, Rusia mengalami kegagalan panen gandum; banjir di Pakistan dan kekeringan parah di Afrika Timur, mengingatkan kita akan dampak perubahan iklim yang nyata bagi manusia. Ketahanan iklim merupakan hal yang penting untuk kesejahteraan; untuk keamanan pangan, air dan energi; untuk ekonomi global yang terbuka; juga untuk kerja sama cross-border (antar perbatasan) dan penerapan hukum. Ketahanan iklim adalah pusat dari nilai-nilai dan yang dianut Uni Eropa dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai para Menteri Luar Negeri.

Pada bulan Juli tahun ini, dengan prakarsa kami, kami telah mencapai kesepakatan di Dewan Urusan Luar Negeri akan pentingnya sanksi Uni Eropa dalam diplomasi iklim. Di minggu yang sama, di bawah kepemimpinan Jerman, Dewan Keamanan Uni Eropa mendiskusikan ketahanan iklim dan pertama kalinya dalam empat tahun mengakui bahwa perubahan iklim dapat memengaruhi perdamaian dan keamanan. Adalah penting bagi kita untuk membangun momentum ini dalam menuju konferensi perubahan iklim di Durban pada bulan November, sebagaimana kita mendesak adanya kesepakatan legal yang mengikat menuntut komitmen negara-negara di dunia untuk bertindak terhadap perubahan iklim.

Pergolakan dramatis di Eropa Selatan tidak menyembunyikan kenyataan yang menyedihkan bahwa benua Eropa tidak kebal dari ancaman konflik. Sebagian besar pendudukan kita berasumsi bahwa ada perdamaian abadi dan kestabilan di Eropa. Hal ini bukanlah jaminan. Dua minggu lalu, polisi Kosovo dibunuh di dekat perbatasan Serbia.

Hampir 17 tahun sejak berakhirnya konflik yang menandai pecahnya Yugoslavia, negara-negara di daerah Balkan Barat telah melakukan kemajuan yang baik dalam demokrasi dan hubungan dengan negara tetangga. Para penjahat perang telah menghadapi pengadilan internasional dan undangan kepada Kroasia untuk bergabung dengan Uni Eropa menunjukkan kemajuan yang telah dicapai wilayah tersebut.

Namun, peristiwa baru-baru ini di Kosovo menunjukkan bahwa prestasi-prestasi tersebut tetap rentan bagi politik pemisahan etnik. Serbia dan Kosovo harus mencari solusi diplomatis atas perbedaan-perbedaan mereka dalam cara yang menghargai perbatasan-perbatasan Kosovo, meningkatkan kualitas hidup semua rakyat, dan mengajukan Serbia dan Kosovo ke dalam keanggotaan Uni Eropa. Jika mereka tidak melakukan hal tersebut, maka mereka akan menyia-nyiakan kesempatan penting untuk mencapai kemajuan demi kepentingan rakyat mereka.

Kami mendukung dialog antara Belgrade dan Pristina yang difasilitasi oleh Baroness Ashton mewakili Uni Eropa. Pada musim gugur tahun ini, Uni Eropa akan meninjau ulang hubungan Serbia dan Kosovo dengan Uni Eropa. Kami akan mempelajari dengan seksama kemajuan yang telah dicapai kedua belah pihak.

Inggris dan Jerman sedang menuju arah yang sama dalam mengatasi masalah-masalah ini. Bersama-sama, kami ingin mewujudkan harapan-harapan dan kesempatan kepada semua orang di dunia yang menginginkan perubahan. 



*Artikel dimuat Harian Republika, Jumat 12/08/2011.

Leave a Reply