Opini

Jumat, 12 Agustus 2011

Menakar Ketakwaan

0 komentar
 
Oleh: Samson Rahman*


Target utama puasa yang Allah syariatkan kepada orang-orang beriman di bulan Ramadhan yang mulia ini adalah menggapai derajat takwa (QS al-Baqarah [2]: 183). Untuk menggapai derajat penting ini, Allah telah memberikan berbagai fasilitas yang akan mengantarkan seorang mukmin pada derajat tersebut. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Jika Ramadhan tiba maka pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup sedangkan setan-setan dibelenggu." (HR An-Nasai).

Pada hadis lain, Rasulullah mengabarkan bahwa pahala orang-orang yang berpuasa dilipatgandakan dan tidak ada yang tahu berapa kelipatan pahala itu kecuali Allah. Pintu khusus di surga yang bernama ar-Rayyan juga dibuka lebar hanya bagi orang yang puasa dan tidak akan bisa dimasuki oleh selain mereka. Selain itu, doa orang yang puasa juga akan dikabulkan Allah sampai ia berbuka.

Sarana-sarana untuk menggapai derajat ketakwaan, telah Allah hamparkan dengan adanya shalat malam. Sehingga, apabila kita melakukannya dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala dari Allah, maka Allah akan mengampuni semua ceceran dosa kita yang telah lalu.

Namun, pertanyaan yang harus kita ajukan pada diri sendiri adalah apakah dalam diri kita ada syarat-syarat orang yang bertakwa? Dalam kitab al-Ghunyah Li Thalibi Thariqi al-Haq, Syekh Abdul Qadir Jailani, seorang imam kalangan sufi, dengan menyitir berbagai pendapat ulama menyebutkan,  sesungguhnya yang disebut dengan takwa itu adalah meninggalkan perbuatan syirik (menyekutukan Allah dengan sesuatu), kemudian menanggalkan perbuatan maksiat dan semua bentuk dosa, meninggalkan syubhat, serta meninggalkan hal-hal yang tidak perlu dan perbuatan yang dapat menjerumuskan kita semakin jauh dari Allah.

Ketakwaan kita akan benar-benar terasa aromanya, apabila Allah sama sekali tidak pernah melihat kita berada di area-area yang dilarang dan diharamkannya. Sebaliknya, Allah akan senantiasa mendapatkan kita berada pada area-area yang diperintahkan-Nya.

Ruang lingkup aktivitas kita senantiasa berada di taman-taman amal surgawi bersama kepak indah sayap-sayap malaikat. Hati kita tidak terjerumus dalam kelalaian yang membuai dan melenakan, tidak larut dalam gelombang syahwat, indah dalam tawakal dan rida Allah, serta penuh dalam pesona kesabaran ketika menghadapi ujian, dan juga rida dengan takdir yang telah ditentukan Allah SWT. Orang-orang yang bertakwa akan mampu menyamakan amalan batin dengan lahirnya. Hatinya senantiasa steril dari semua penyakit hati yang merusak amal-amal salehnya.

Orang-orang bertakwa senantiasa berenergi untuk berburu kebaikan dan kehilangan tenaga untuk melakukan kejahatan. Potensi kebaikan demikian dominan menguasai relung hati dan jiwanya, sehingga semua energi jahat tidak memiliki ruang geraknya.

Memasuki paruh kedua Ramadhan ini, mari kita menakar kembali sejauh mana ketakwaan kita kini berada. Semoga Allah membimbing kita ke jalan yang lurus (shiratal mustaqim) dan melindungi kita dari perbuatan dosa dan maksiat. Amien.



*Artikel dimuat Kolom Hikmah Republika, Jum'at 12/08/2011.

Leave a Reply